Pages

BENCANA!!! BENCANA!!!

BANJIR BANDANG WASIOR



GEMPA MENTAWAI





MERAPI MELETUS




BANJIR JAKARTA



MARI KITA LUANGKAN WAKTU SEJENAK UNTUK MENDOAKAN SAUDARA-SAUDARA KITA YANG TERKENA BENCANA. SEMOGA TUHAN SELALU MELINDUNGI DAN MENYERTAI MEREKA. SEMOGA BAGI MEREKA YANG DITINGGALKAN BISA TABAH MENGHADAPINYA DAN YANG BERPULANG BISA DITERIMA DI SISINYA. AMIN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku bukan kamu

Aku bukan dia

Aku bukan kalian

Aku bukan mereka

Aku bukan aku

Aku siapa?

Aku siapa?

Potongan wujud yang terpecah

Mulai saat ini, satu demi satu

Kepingan-kepingan disusun

Tunggu dan lihatlah!

Kau, dia, kalian, mereka akan lihat

Aku adalah aku

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SECOND CHANCE Last Part

“Aku hanyalah seorang kakek tua yang begitu menyayangimu dan semua manusia, tapi kalian tak pernah sadar. Semua hanya bisa mengeluh dan meminta tanpa usaha. Kebencian, ketamakan, keegoisan, ketidakpedulian begitu menyelimuti manusia. Sampai-sampai aku terpaksa memberikan cobaan kepada manusia hanya agar kalian sadar. Sama seperti kamu sekarang ini.”

Begitu juga aku. Aku hanya bisa terdiam dan mengiyakan dalam hati.

“Ingat Hyo Ri?”

Aku terhenyak, mengangguk. Tanpa kusuruh, air mata menetes begitu saja. Sebenarnya aku menyesal, sangat menyesal.

“Bukankah seharusnya kamu senang karena aku mengabulkan permintaanmu. Sainganmu sudah tiada dan tidak ada lagi mengganggumu. Tapi, akan kuperlihatkan sesuatu padamu.”

Di hadapanku muncul ruang ganti baju yang ada di perguruanku. Saat itu sudah sore dan ada 2 orang yang begitu aku kenal. Hyo Ri dan Shin Lee. Percakapan keduanya membuatku menjadi orang yang begitu jahat karena telah menginginkannya pergi selamanya.

“Sudahlah, jangan bertengkar terus dengan Kim. Aku bosan mendengarnya. Kenapa Unni selalu mengejeknya?”

“Fiuuhh... Aku bukannya benci atau iri padanya. Dia terlalu terlena akan keberhasilannya. Dia belum sepenuhnya mengenal dunia memanah yang sebenarnya. Kejuaraan-kejuaraan di tingkat yang lebih tinggi. Makanya aku mengejeknya hanya untuk membangkitkan semangatnya, memperbaiki kesalahan-kesalahan. Jangan sampai seperti aku, gagal membawa pulang medali emas ke Korea hanya karena keras kepala terhadap pelatih.”

Ruangan putih kembali, Hyo Ri dan Shin Lee telah berganti kembali menjadi si kakek. Aku tetap saja menangis. Penyesalan selalu datang terlambat. Andai aku bisa menebusnya. Andai aku bisa menjadi seseorang yang tidak tamak, berprasangka buruk, egois, dan asal bicara. Aku mau berubah. Andai ada kesempatan....

“Ada. Masuklah ke lubang yang di tengah. Kau akan memulai hidup baru di tubuh yang baru. Di tubuh manapun kau berada, ingatlah selalu kau ingin jadi orang yang seperti apa. Dan di kehidupan selanjutnya lagi, bawalah terus kerendahan hati, kepedulian, kasih, dan cinta, sebarkanlah pada sesamamu.”

Aku mengangguk dan dalam hati berjanji. “Terimakasih.” Aku tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam lubang yang di tengah. Memulai perjalanan menjadi pribadi yang baru. Selamat jalan, Ae Ji Kim.

-*-*-*-*-*-

Musim Semi 2011...

Aku menghentikan langkahku di depan sebuah rumah besar. Bisa kulihat Joon Dong Sung dan Ae Eun Shin sedang merawat kebun mawarku. Mereka terlihat sangat bahagia. Tak heran karena sesekali kulihat pantulan cahaya dari cincin yang melingkar di jari manis mereka. Aku tersenyum. Senang rasanya melihat dua orang yang kusayangi bahagia. Setelah puas melihat, aku pun kembali meneruskan perjalanan untuk mendapatkan kebahagiaanku sendiri.

“Mama, lihat sini. Anjingnya lucu! Boleh aku bawa pulang ya? Ya?”tanya si anak dengan mata berbinar-binar.

“Iya, boleh. Tapi harus dirawat baik-baik ya.”

“HORREEE!! Sip, Ma. Eh, ada kalung namanya. K – I – M. Kim, Anneyong!”sapa si anak sambil kemudian menggendongku dengan penuh kasih sayang.

Dalam dekapannya yang hangat, mataku perlahan terpejam. Sebentar ... sebentar saja...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rindu Snack Pasar & Pinggir Jalan

DO YOU EVER EAT THESE FOOD???













Dari SD - SMA puas dhe makan makanan di atas... dan harganya wkt itu cm mulai dari Rp 1000,- ... Sekarang kangen banget makan kyk gt... Hmmmm....Slllluurrrppp... Yummy... Kayaknya masih ada lagi yang laen, tapi ga inget... klo tmn2 ada yang inget, bs tambahin di comment ya... Qt nostalgia jajanan wkt msh pake seragam...hehehehe... ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SECOND CHANCE Part 3

Ketika aku membuka mataku rasanya seperti terbangun dari tidur yang amat panjang. Putih. Hanya putih yang ada di sekelilingku. Rumah sakit? tanyaku sangsi. Lihatlah ke bawah. Sebuah suara entah darimana menyuruhku. Bawah? Aku melihat seorang gadis tergeletak bergelimang darah, tak bernyawa. Gadis itu memakai baju yang sama denganku – baju pemberian Dong Sung, rambut dan wajahnya pun mirip sekali denganku. Aku? Aku. Tak mungkin.

Seperti ada seseorang yang mengganti channel TV, kali ini aku melihat sebuah pemakaman karena semua yang hadir memakai Hanbok. Aku melihat kedua orang tuaku, Eun Shin, teman-teman, dan juga Dong Sung mengelilingi gundukan tanah merah yang masih basah. Mereka sedang menangisi kepergian seseorang. Siapa? Seakan tahu apa yang ada dalam pikiranku, aku bisa melihat nisan itu dengan jelas. Nisan itu bertuliskan: AE JI KIM 18.02.1991 – 20.01.2010.

Aku belum benar-benar pulih dari kekagetanku ketika suara tak dikenal itu terdengar lagi. Berjalanlah lurus sampai kau menemukan pintu. Sebenarnya aku ingin sekali tidak menurutinya tapi kakiku terus melangkah menuruti perintahnya. Jalan tersebut tak terlihat ujungnya dan terasa menanjak. Semua masih serba putih. Penasaran, aku melihat ke belakang, dan jalan di belakangku sudah hilang, tak mungkin kembali lagi. Entah sudah berapa lama aku berjalan dan akhirnya aku samar-samar melihat sebuah pintu raksasa. Ketika aku sampai di depannya, baru kusadari keberadaan seorang pemuda yang berdiri menatapku tajam. “Silakan masuk” katanya.

Aku melangkah masuk dan kali ini dihadapanku ada 3 lubang. Dilihat dari ukurannya, rasa-rasanya tak mungkin tubuh seorang manusia bisa masuk ke dalamnya. Selamat datang, Ji Kim. Aku menoleh ke belakang. Aku bisa melihat sosok seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan jubah putih. Walaupun begitu, aku tak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena terlalu silau. Di sekujur tubuhnya memancarkan sinar kuning keemasan, sangat pas dengan suaranya yang berat dan berwibawa.

“Siapa Anda?”



to be continued...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SECOND CHANCE Part 2

Apa yang terjadi setelah itu?

Aku ada tanpa jiwa. Ini lebih buruk daripada kematian. Aku hidup tapi tak hidup. Aku tahu orang-orang bicara. Aku tahu apa yang terjadi. Abeoji bekerja lebih keras, mengupayakan segala hal agar aku terbangun. Eomeoni hampir tak pernah lagi keluar dari rumah, menemaniku sepanjang waktu. Eun Shin setiap sore membawaku ke Anapji, taman favoritku. Dong Sung juga membawaku kembali mengunjungi tempat-tempat kenangan kita berdua. Tapi aku juga tahu, ketika Eun Shin dan Dong Sung saling bertatapan sama seperti tatapan aku dan Dong Sung (dulu).

Kalian tahu, adalah orang bodoh yang mengulangi kesalahan yang sama. Orang itu adalah aku. Sore itu, Dong Sung menemani aku dan Eun Shin berjalan-jalan di Anapji. Walaupun matahari sudah hampir terlelap, keindahan taman dan kolam Anapji tetap memancar. Aku sedang duduk di pinggir kolam, memejamkan mata menikmati angin semilir dan suara air kolam yang begitu menenangkan ketika kudengar ada langkah 2 orang yang sedang berdebat mendekat. Ah, Eun Shin dan Dong Sung. Semakin kudengar jelas percakapan mereka. Kelihatannya mereka mengira aku tak mungkin bisa mendengarnya atau tak mungkin aku akan mengerti atau tertidur.

“ ............... melamarmu.”

“Oppa .................. kalau Unni sadar?”

Melamar?Tunangan?Menikah? Kata-kata itu terus berputar di dalam otakku. Kupaksakan mataku untuk terus terpejam. Kupaksakan telingaku untuk tidak mendengar. Namun kalimat terakhir mampu menembus tameng gendang telingaku.

“Eun Shin, saranghaeyo.”

Seketika itu juga, emosi yang selama ini tidur terbangun dan meloncat keluar. Aku berlari sekencang-kencangnya. Tak ingin berhenti, hanya ingin menghilang. Ya, hilang bersama kematian,kataku dalam hati. Aku menyuruh kakiku untuk berlari lebih kencang. Biar tak ada yang melihat air mata yang sudah tak terbendung. Langkah kakiku membawaku menyeberang di depan Taman Anapji dan..........TTTIIIIINNNN!!!

Gelap.




to be continued ....

*abeoji: ayah, eomeoni: ibu,

oppa:kakak laki-laki, saranghaeyo: aku menincintaimu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SECOND CHANCE

Ucapan adalah doa. Begitu sering kudengar. Aku tak pernah menyangka akan mengalaminya sendiri. Mau kuceritakan? Baiklah, lagipula majikanku sedang pergi dan aku bisa bersantai sambil menatap langit yang sedang menumpahkan semua bebannya.

Ya,cuaca saat ini sama seperti saat kejadian itu terjadi. Kantung kemih langit seakan tak sanggup lagi menampung dan akhirnya membasahi semua yang berada di bawahnya. Tak terkecuali lapangan memanah tempatku berlatih. Aku berdiri di sana, bersiap menembakkan panah tepat ke tengah sasaran. Mungkin kalian tak percaya, badai sekalipun takkan bisa menghentikan laju panahku.

Aku adalah atlet nasional dalam memanah dan tidak sedikit medali emas yang sudah kuraih. Sebenarnya ada peraturan tegas untuk tidak latihan di saat hujan, apalagi hujan seperti sekarang ini. Bisa-bisa, teman kalian sendiri yang terpanah, begitu kata pelatih. Namun, keras kepala mengalahkan suara hatiku dan nekat berlatih.

Biar saja kalau Hyo Ri yang kena, kataku dalam hati. Jahat? Mungkin kalau ada di posisiku, kalian akan mengatakan hal yang sama. Hyo Ri adalah musuh bebuyutanku. Kami berada di perguruan yang sama tapi dia selalu saja mencari-cari masalah denganku. Mulai dari ejekan sampai berusaha merebut.... Ah, sudahlah, bikin kesal saja.

Aku membidik dan SYUT…. JJLLLEEEB!! Yes, pikirku sambil berjalan cepat-cepat untuk mengambil panahku. Aku tertegun. Ada yang aneh. Aku seperti melihat sosok tubuh seseorang berdiri di depan sasaran. Dengan gemetar aku mengambil senter dari kantong celana dan ketika aku menyorotkannya tepat ke sasaran...

“AAAAAAAAAAAAAAA!!UNNI .... UNNIIII!!!!”. Lalu gelap mengambilku.



to be continued ...

*unni: sebutan untuk kakak perempuan


*dibuat dalam rangka tugas Creative Writing

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS